KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, sehingga penulis diberikan kesehatan dan kesanggupan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini. Sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini, penulis memaparkan mengenai kebenaran dan rasa ingin tahu manusia.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis akan mengucapkan rasa terimakasih kepada :
1. Ibu Purwati, MS dan ibu Nofi Nur Yuhenita, S. Pd. selaku Dosen pengampu pada mata kuliah Metodologi Penelitian.
2. Bapak dan Ibu kami yang selalu memberikan dorongan baik secara materiil ataupun spiritual
3. Teman-teman yang selalu memberikan kritik dan saran dalam penyusunan makalah ini.
Dan tentunya makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritiknya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Magelang, 12 Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................... 2
C. TUJUAN......................................................................................... 2
D. MANFAAT..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. KAJIAN TEORI............................................................................. 4
B. PENGERTIAN KEBENARAN..................................................... 6
C. CIRI-CIRI KEBENARAN SECARA ILMIAH........................... 8
D. CARA MENCARI KEBENARAN............................................... 9
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perjalanan menuju kepada pengetahuan yang sempurna dan kebenaran yang tinggi cukup pelik dan berliku-liku. Tetapi sedikit demi sedikit, dengan segala susah payah, manusia berhasil juga menyingkap tabir yang gelap selama ini. Sejarah peradapan manusia menunjukkan adanya usaha yang tidak mengenal lelah. Pendorong yang hebat kearah ini adalah suatu kodrat manusia yang sifatnya mencari dan memiliki hastrat ingin tahu. Hasrat ingin tahu inilah yang akhirnya disalurkan melalui penyelidikan-penyelidikan. Dan melalui penyelidikan, apa yang telah terjadi kemarin dapat menimbulkan spekulasi dimasa sekarang.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia dikaruniai budi sehingga mampu memahami, mengerti, dan memecahkan persoalan – persoalan yang ada di sekitarnya. Tentu saja kemampuan manusia ini tidak diperoleh begitu saja. Melalui pengalaman, pendidikan, lambat laun manusia memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Namun manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah didapatnya. Rasa ingin tahu , ingin mengerti yang merupakan kodrat manusia membuat manusia selalu bertanya-tanya apa ini, apa itu, bagaimana ini, bagaimana itu, mengapa begini, mengapa begitu. Pertanyaan – pertanyaan ini muncul sejak manusia mulai bisa berbicara dan dapat mengungkapkan isi hatinya. Makin jauh jalan pikirannya, makin banyak pertanyaan yang muncul , makin banyak usahanya untuk mengerti. Jika jawaban dari pertanyaan –pertanyaan tersebut mencapai alasan atau dasar, sebab atau keterangan yang sedalam-dalamnya, maka puaslah ia dan tidak akan bertanya lagi. Akan tetapi, jika jawaban dari pertanyaan itu belum mencapai dasar, maka manusia akan mencari lagi jawaban yang dapat memuaskannya.
Untuk apa sebenarnya m,anusia bertanya-tanya dan mencari jawab dari pertanyaan-pertanyaan tersebut? Semua itu dilakukan karena manusia ingin mencari kebenaran. Jika ternyata bahwa pengertiannya atau pengetahuannya itu sesuai dengan hal yang diketahuinya, maka dikatakan orang bahwa pengetahuannya itu benar. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya. Namun kebenaran itu ternyata tidak abadi. Artinya sesuatu yang pada suatu saat dianggap benar di saat yang lain dianggap tidak benar. Ini semua terjadi karena dinamika manusia yang selalu bergerak dan ingin mendapatkan sesuatu yang baru.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kebenaran??
2. Bagaimanakah cirri-ciri kebenaran secara ilmiah??
3. Jelaskan bagaimana cara mencari kebenaran melalui pendekatan ilmiah dan non ilmiah!!
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Membantu dalam mengetahui dan memahami mengenai kebenaran secara ilmiah.
2. Untuk mengetahui tentang hasrat ingin tahu manusia yang sangat tinggi,
3. Membantu dalam memahami cirri-ciri kebenaran secara ilmiah.
4. Membantu memahami mengenai cara memperoleh kebenaran baik secara ilmiah maupun non ilmiah.
D. MANFAAT
Makalah ini disusun diharapkan dapat memberikan manfaat, terutama bagi teman-teman mahasiswa. Didalam makalah ini terdapat beberapa pengertian kebenaran menurut para ahli dan kesimpulan dari penulis, selain itu terdapat pula cirri-ciri kebenaran dan cara memperoleh kebenaran baik secara ilmiah dan non ilmiah yang diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk teman-teman semua.
Selain itu, makalah ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembacanya dan dapat memudahkan dalam memahami berbagai hal mengenai kebenaran dan hasrat ingin tahu manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KAJIAN TEORI
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dengan makhluk lainnya. Manusia makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali oleh kesempurnaan yang begitu lengkap dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia dibekali dengan panca indera, akal pikiran dan budi oleh Tuhan. Manusia adalah makhluk yang dapat dan akan selalu berpikir. Karena manusia memang dikaruniai akal pikiran sehingga mereka akan selalu memiliki hasrat ingin tahu. Rasa ingin tahu , ingin mengerti yang merupakan kodrat manusia membuat manusia selalu bertanya-tanya “ini apa?”. Kemudian menyusul pertanyaan-pertanyaan “mengapa begini?”, “mengapa begitu?”, dan selanjutnya pertanyaan kita berkembang menjadi pertanyaan-pertanyaan seperti “bagaimana hal itu bisa terjadi?”, “bagaimana memecahkannya?”, dan seterusnya. Pertanyaan ini muncul sejak manusia mulai bisa berbicara dan dapat mengungkapkan isi hatinya. Makin jauh jalan pikirannya, makin banyak pertanyaan yang muncul, makin banyak usahanya untuk mengerti. Jika jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut mencapai alasan atau dasar, sebab atau keterangan yang sedalam-dalamnya, maka puaslah ia dan tidak akan bertanya lagi. Akan tetapi, jika jawaban dari pertanyaan itu belum mencapai dasar, maka manusia akan mencari lagi jawaban yang dapat memuaskannya.
Manusia harus memiliki hasrat ingin tahu. Rasa ingin tahu membuat manusia dapat memecahkan setiap permasalahan dan pemikiran yang ada di dalam benaknya. Apabila rasa ingin tahu ini dapat dimanfaatkan dengan baik maka akan membawa manusia semakin mengerti dirinya sendiri. Lewat rasa ingin tahu membuat manusia mengetahui kebenaran. Segala sesuatu yang tampak nyata dalam hidup tidak sepenuhnya benar. Apabila seseorang yang pikirannya dipenuhi dengan rasa ingin tahu maka ia tidak akan menerima mentah-mentah omongan seseorang, mereka akan selalu menggunakan pikirannya untuk mencari kebenaran dari omongan tersebut. Seorang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan mencari informasi detail tentang segala sesuatu yang mereka pertanyakan, mereka tidak hanya “apa” atau “mengapa begitu?” atau “mengapa begini?”, tapi juga “bagaimana hal itu bisa terjadi?” dan “bagaimana memecahkannya?”. Rasa ingin tahu membuat kita dapat membuka pikiran kita. Misalnya, sewaktu kita masih anak-anak, kita dipenuhi dengan rasa ingin tahu. Anak-anak bisa digambarkan seperti sebuah kanvas kosong yang siap untuk diisi dengan pengetahuan dan pengalaman. Kanvas kosong ini akan menyerap apa yang dapat diketahui tentang dunia dengan pikiran terbuka. Lewat rasa ingin tahu kita, kita akan berusaha untuk memecahkan setiap pertanyaan dibenak kita. Hal ini akan membuat kita merasakan pengalaman baru. pengalaman baru ini akan menstimulasi pikiran kita dan melepaskan emosi yang kreatif. Pikiran yang selalu ingin tahu membuat kita dapat menembus batas penalaran yang biasa kita terima dan akan membongkar setiap detail yang menggerakkan sebuah proses. Semakin kita mengerti detail, maka semakin kita mengerti prosesnya. Hal inilah yang akan membuat kita menjadi lebih produktif. Kita sebagai manusia akan terus belajar lebih banyak saat rasa ingin tahu menyelimuti kita. Kita akan menembus batas-batas pemikiran kita. Semakin banyak yang kita pelajari, semakin banyak pula yang akan kita tahu. Dengan rasa ingin tahu yang kita miliki kita akan melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda. Manusia pada dasarnya akan lebih mudah untuk berpikir negative daripada positif. Apabila kita tidak mengerti akan suatu hal, atau tidak terbiasa akan suatu hal, mudah sekali untuk menghilangkan pikiran tersebut dari otak kita. Hanya jika kita mengerti akan sesuatu, maka kita akan menghargainya, karena manusia akan lebih positif pada sesuatu yang mereka ketahui. Rasa ingin tahu-lah yang membuat pikiran kita lebih luas dan menambahkan pengertian yang lebih mendalam sehingga kita sebagai manusia akan menjadi lebih positif menyikapi segala sesuatu. Ilmu pengetahuan berawal dari kekagaguman manusia akan alam yang didiaminya dan dihadapinya. Karena manusia merupakan makhluk yang dapat berpikir lewat karunia akal pikiran yang diberikan oleh Tuhan, maka mereka memiliki hasrat ingin tahu. Rasa ingin tahu yang kemudian ditindak lanjuti dengan penggunaan akal untuk memecahkan masalah tersebut, adalah perbedaan mendasar kita dengan hewan. Jadi, setiap orang harus memiliki rasa ingin tahu, karena selama rasa ingin tahu ada dalam pikiran kita maka manusia akan terus belajar dan memanfaatkan otaknya
B. PENGERTIAN KEBENARAN
Manusia berusaha mencari jawaban atas berbagai pertanyaan yang ditemukan dari berbagai kejadian di dunia ini. Manusia memiliki dorongan rasa ingin tahu. Dan dari berbagai dorongan itu manusia berusaha mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Di dalam sejarah perkembangan pikir manusia ternyata yang dikejar itu esensinya yg merupakan pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut kebenaran.
Whitney berpendapat bahwa ilmu dan penelitian adalah sama-sama proses, sehingga ilmu dan pengetahuan adalah proses yang sama. Dan hasil dari proses itulah yang dinamakan kebenaran ( truth ). (Moh.Nazir, 2005:14)
Berikut beberapa pengertian kebenaran menurut para ahli antara lain:
1. Aristoteles 384 – 322 SM
Murid plato ini berpendapat bahwa kebenaran terletak pada kesesuaian antara pernyataan budi dan realitas.
2. Rene Descartes 1596 -1650
Terkenal dengan metodanya “Cogito, ergo sum”, saya berpikir, jadi saya ada, itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. Pendiriannya adalah hanya yang saya mengerti dengan jelas dan terinci itu adalah benar (clearly and distinctly).
3. Immanuel Kant 1724 -1804
kebenaran terletak pada pernyataan manusia sebagai subjek.
4. Kierkegaard 1813 -1855
Kebenaran itu merupakan pendirian sebagai hasil pengalaman pribadi subjek.
5. Friedrich Nietzsche 1844 -1900
Kebenaran, seperti moralitas, merupakan sesuatu yang relatif: tidak ada fakta, hanya interpretasi. Bahasa memalsukan kebenaran.
6. William James 1842 – 1910
Setiap dalil, setiap pernyataan dapat disebut kebenaran jika berguna bagi kehidupan manusia.
7. John Dewey 1859- 1952
Kebenaran adalah hal yang bersifat relative yang diperoleh melalui pengalaman, melalui hidup.
8. A Gunawan Setiardja berpendapat bahwa kebenaran itu bersifat subjektiv-objektif. Kebenaran itu sungguh-sungguh dimiliki apabila realitas ada evidensi. Maksudnya adalah keadaan fakta atau realitasnya itu adalah sedemikian jelasnya ditinjau dari segala segi, sehingga pada subjek yang membuat pernyataan tumbuh keyakinan yang amat kuat . Keyakinan itu merupakan sikap budi yang pasti, artinya budi dengan tegas menolak keputusan yang sebaliknya (dinyatakan dengan kata “pasti” ,“tentu”,atau “niscaya”.
Kebenaran dapat dirinci menjadi dua, yaitu kebenaran kodrati dan kebenaran atas kodrati. Kebenaran kodrati dapat dicapai oleh manusia dengan budinya sebagai manusia, sedangkan kebenaran atas kodrati merupakan kebenaran yang di atas jangkauan budi manusia. Kemampuan budi manusia sebagai manusia tidak menggapainya karena atas kodrati itu disampaikan kepada manusia melalui wahyu ilahi.
C. CIRI-CIRI KEBENARAN
Suatu kebenaran dapat diterima secara ilmiah apabila memiliki cirri-ciri antara lain:
a. Koheren
Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain.
b. Adanya korespondensi
Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya
c. Bersifat pragmatis
Suatu pernyataan dipercayai benar apabila pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis, batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences).
d. Bersifat rasional
Rasionalitas mengandung makna bahwa kebenaran ilmiah bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika. Sedangkan ciri objektivitas menunjuk pada kesesuaian antara hal-hal yang rasional dengan realitas. kebenaran ilmiah tidak bersifat mutlak atau final. Adapun ciri terakhir dari kebenaran ilmiah yaitu komunalitas memiliki arti bahwa kebenaran ilmiah itu merupakan pengetahuan yang menjadi milik umum.
D. CARA MEMPEROLEH KEBENARAN
Kebenaran dapat diperoleh baik secara ilmiah, yaitu penelitian terhadap fenomena, dimana kebenaran itu diperoleh melalui proses ilmiah, yang kemudian disebut kebenaran ilmiah. Selain itu kebenaran juga diperoleh mengenai fenomena yang dilakukan tanpa adanya penelitian atau yang disebut kebenaran non-ilmiah. ( Moh. Nasir, 2005:14 )
1. Kebenaran Ilmiah.
Cara mencari kebenaran yang dipandang secara ilmiah adalah melalui metode penyelidikan. ( Winarno. S. 1982: 26 ). Penyelidikan adalah penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan. Penyaluran yang disertai oleh gejala yang nampak dapat dicari secara ilmiah. Metode penyelidikan hanya akan menarik dan membenarkan suatu kesimpulan apabila telah dibuktikan dengan prosedur yang sistematik, jelas, dan terkontrol. Untuk memperoleh suatu kebenaran secara ilmiah harus mencoba mengumpulkan dan mengklasifikasikan keterangan-keterangan yang kemudian keterangan itu sebagai dasar dalam menyusun sebuah teori dan cara-cara pendekatan untuk memperoleh kebenaran itu.
Seseorang yang berusaha mencari kebenaran secara ilmiah, maka harus digunakan cara-cara yang obyektif. Langkah langkah penyelidikan terdiri dari:
a. Perumusan masalah dan tujuannya
b. Penetapan postulat atau hipotesa
c. Penetapan metode
d. Pengumpulan data
e. Pengelolaan data
f. Penyimpulan penyelidikan
g. Publikasi hasil penyelidikan.
2. Kebenaran non ilmiah
Tidak selamanya penemuan kebenaran diperoleh secara ilmiah. Kadangkala kebenaran dapat ditemukan melalui proses non ilmiah, diantarannya:
a. Penemuan kebenaran secara kebetulan
Sepanjang sejarah manusia, penemuan secara kebetulan itu banyak terjadi, dan banyak di antaranya yang sangat berguna. Penemuan secara kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak melalui langkah-langkah yang sistematik dan terkendali (terkontrol). Walaupun penemuan secara kebetulan bukan merupakan penemuan ilmiah, tetapi hasil penemuan dapat mencenangkan dunia. Misalnya pada penemuan kristar ureas oleh Dr. J.S. Summers pada tahun 1926.
Penemuan secara kebetulan tidak dapat dikatakan sebagai penemuan yang ilmiah karena sesuatu yang kebetulan selalu berada dalam keadaan yang tidak pasti, datangnya tidak dapat diperhitungkan secara berencana. Sesuatu yang kebetulan dianggap sebagai sesuatu yang bersifat tanggung-tanggung, pasif, dan mengurangi efisiensi kerja. Selain itu penemuan secara kebetulan tidak selalu member gambaran kebenaran.
b. Penemuan dengan akal sehat
Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda sekalipun dalam batas tertentu keduanya mengandung persamaan. akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. (Moh. Nasir, 2005: 17 ). Konsep adalah kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus. Bagan konsep adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teoritis.
Walaupun akal sehat yang berupa konsep dan bagan konsep itu dapat menunjukan hal yang benar, namun dapat pula menyesatkan. Suatu contoh misalnya akal sehat mengenai peranan hukuman dan ganjaran dalam pendidikan. Pada abad ke-19 menurut akal sehat yang diyakini oleh banyak pendidik hukuman adalah alat utama dalam pendidikan.
c. Penemuan kebenaran secara wahyu
Kebenaran yang didasarkan atas wahyu merupakan kebenaran mutlak, jika wahyu datangnya dari Allah melalui Rasul dan Nabi. Kebenaran yang diterima sebagai wahyu bukanlah disebabkan oleh hasil usaha penalaran manusia secara aktif, tetapi kebenaran yang dibawakan secara wahyu merupakan kebenaran yang asasi.
d. Penemuan kebenaran secara intuitif
Dalam pendekatan intuitif orang menentukan "pendapat" mengenai sesuatu berdasar atas "pengetahuan" yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tak disadari atau yang tidak dipikirkan lebih dahulu. Dengan intuisi orang memberikan penilaian tanpa didahului sesuatu renungan. Pencapaian pengetahuan yang demikian itu sukar dipercaya. Di sini tidak terdapat langkah-langkah yang sistematik dan terkendali untuk memperolehnya.
e. Penemuan kebenaaran melalui Trial dan Error
Penemuan coba-coba (trial and Error) diperoleh tanpa kepastian akan diperolehnya sesuatu kondisi tertentu atau pemecahan sesuatu masalah.
Bekerja melalui trial dan eror adalah melakukan sesuatu secara aktif dengan mengulang-ulang pekerjaan tersebut berkali-kali dengan menukar-nukar caraa dan materi. Usaha coba-coba pada umumnya merupakan serangkaian percobaan tanpa kesadaran akan pemecahan tertentu. Pemecahan terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha; usaha yang berikutnya biasanya agak lain, yaitu lebih maju, dari pada yang mendahuluinya. Penemuan secara kebetulan pada umumnya tidak efisien dan tidak terkontrol karena maembutuhkan waktu yang lama, biaya tinggi, dan selalu dalam kegiatan meraba-raba.
f. Penemuan kebenaran melalui spekulasi
Penemuan secara spekulatif memiliki taraf yang lebih tinggi dari penemuan secara Trial dan eroor. Dalam penemuan ini seseorang dibimbing oleh suatu pertimbangan, walaupun pertimbangan tersebut kurang dipikirkan secara matang, tetapi dikerjakan dalam suasana penuh dengan resiko. Penemuan kebenaran dengan spekulasi memerlukan pandangan yang tajam walaupun spekulatif.
g. Penemuan kebenaran karena wibawa dan Pikiran Kritis
Ada kalanya kebenaran dapat diperoleh karena kewibawaan seseorang. Pendapatan dari seorang ilmuwan yang berbobot tinggi ataupun yang mempunyai otorita dalam suatu bidang ilmu pengetahuan dan memiliki banyak pengalaman sering diterima begitu saja tanpa perlu diuji kebenarannya terlebih dahulu. Terkadang kebenaran karena wibawa jika diuji tidak benar sama sekali
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia dikaruniai budi sehingga mampu memahami, mengerti, dan memecahkan persoalan – persoalan yang ada di sekitarnya. Dan dikarenakan manusia sebagai makhluk paling sempurna sehingga manusia memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi. Manusia berusaha untuk mencari jawaban atas apa yang dibenaknya dan mencari kebenaran atas rasa ingin tahu tersebut.
Kebenaran merupakan sesuatu yang diperoleh berdasarkan kesesuaian antara pernyataan yang realitas. Kebenaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu kebenaran kodrati dan kebenaran atas kodrati. Kebenaran kodrati dapat dicapai oleh manusia dengan budinya sebagai manusia, sedangkan kebenaran atas kodrati merupakan kebenaran yang di atas jangkauan budi manusia. Kemampuan budi manusia sebagai manusia tidak menggapainya karena atas kodrati itu disampaikan kepada manusia melalui wahyu ilahi.
kebenaran secara ilmiah memiliki ciri-ciri, yaitu adanya koheren/konsistensi, adanya koresponden, bersifat pragmatis dan bersifat rasional.
Kebenaran dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu secara ilmiah melalui suatu penyelidikan / penelitian dan secara non ilmiah dengan cara penemuan kebenaran secara kebetulan, penemuan secara akal sehat, penemuan kebenaaran secara wahyu, penemuan kebenaran secara intuitif, penemuan kebenaran secara trial dan error, penemuan kebenaran melalui spekulasi, dan penemuan berdasarkan kewibawaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar