Kamis, 28 Juni 2012

proposal Penelitian Studi Kasus


Rounded Rectangle: No 4. Penelitian Studi KasusPROPOSAL PENELITIAN
STUDI KASUS TENTANG KEHIDUPAN SISWA BROKEN HOME  KOTA MAGELANG




Disusun Oleh :
NOVITA INDARSARI
NPM 09.0301.0005




PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan lainnya. Dan dari dimensi darah dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Sedangkan dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah. Keluarga berdimensi hubungan sosial ini dinamakan keluarga psikologis dan keluarga pedagogies.
Pengertian secara psikologis, menurut Soelaeman, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri.( 1994: 5-10 ).
Pengertian keluarga secara umum menurut Friedman dan Suprajitno, keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang saling hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan memiliki peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Bustaman (2001 : 89) menyatakan Keluarga adalah kelompok-kelompok orang yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan perakwinan darah atau adonpsi yang membantuk satu sama lain dan berikatan dengan melalui peran-peran tersendiri sebagai anggota keluarga dan pertahanan kebudayaan masyarakat yang berlaku dan menciptakan kebudayaan itu sendiri.
menurut Soerjono Soekanto (1992: 1) mengatakan Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri dari suami, istri beserta anak-anaknya. Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang merupakan pondasi pertama bagi perkembangan anak untuk selanjutnya.           Sedangkan menurut Kartini Kartono (2003 : 57) , keluarga merupakan unit sosial terkecil yang meberikan pondasi primer bagi perkembangan anak. Jadi, dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang dilikat dengan tali perkawinan yang terdiri atas ayah, ibu dan anak
Didalam suatu keluarga tidak jarang terjadi suatu perselisihan dan keributan antara satu sama lain anggota keluarga. Hal itu dirasa cukup wajar terjadi dalam suatu keluarga. Perbedaan pendapat, perselisihan sering pula terjadi dalam keluarga, karena dalam sebuah keluarga terdapat beberapa kepala dengan pemikiran yang berbeda-beda. Kaharmonisan dalam keluargapun sering terkoyak karena adanya sikap emosional antara sesama anggota keluarga. Keharmonisan dalam keluarga akan tetap terjalin apabila sesame anggota keluarga saling memahami, menghormati antara satu sama lain, namun jika dalam keluarga tidak ada saling menghargai dan menghormati, akan berakibat perpecahan dalam keluarga tersebut.
Di Indonesia tidak sedikit keluarga yang mengalami perpecahan. Perpecahan dalam keluarga dapat terjadi baik antara sesama orang tua, orang tua dengan anak, anak dengan anak. Perpecahan orang tua itu dapat berakibat pada perpisahan atau perceraian orang tua. Dan dalam kenyataannya perceraian orang tua selalu berakibat pada anak-anaknya. Anak- anak selalu menjadi korban atas perceraian orang tuanya. Akibat dari perceraian orang tua itu ada anak yang bisa tetap bangkit dan merasa tidak dijadikan beban hidup atas perceraian orang tuanya, namun tidak sedikit pula yang terpuruk atas perceraian orang tuanya. Anak yang terpuruk akibat perceraian orang tua sering menjadi anak yang broken home. Selain itu, secara prestasi, anak dapat menunjukkan prestasi yang membanggakan dan tidak terpengaruh dengan persoalan yang terjadi di tengah keluarganya. Sedangkan, akibat negative dari perceraian orang tua tersebut anak bisa terjun ke hal-hal negative seperti seks bebas, narkoba, minum-minuman keras dan lain sebagainya. dan secara prestasi belajar, anak tidak dapat menunjukkan prestasi belajar yang membanggakan.

B.     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana siswa yang mengalami broken home dalam menjalani kehidupannya sehari-hari?
2.      Bagaimana akibatnya jika anak menjadi korban dari perceraian orang tua ( broken home ) ?

C.     Tujuan
Tujuan dari diadakannya penelitian ini antara lain :
1.      Untuk mengetahui bagaimana kehidupan siswa yang mengalami broken home.
2.      Untuk mengetahui harapan dan keinginan dari seorang anak broken home.
3.      Untuk menjelaskan kemungkinan hal-hal yang dilakukan agar siswa tidak terpuruk dengan adanya permasalahan dikeluarganya.

D.    Manfaat
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1.      Bagi penulis
Bagi penulis, penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan pelajaran. Banyak bertukar pendapat dan pemikiran serta dapat memahami bahwa kehidupan anak broken home terkadang tidak semuanya berakhir kenegatifan.
2.      Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat terutama bagi keluarga untuk memperoleh gambaran tentang kehidupan positif maupun negative dari anak broken home.
3.      Bagi anak korban broken home, dapt memahami bentuk-bentuk dan dampak positif ataupun negative dalam pecahnya keluarga sehingga mampu mengambil hal positifnya saja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kajian pustaka
Kajian pustaka yang berkaitan dengan judul penelitian ini antara lain :
a.       Keluarga broken home
1.      Pengertian keluarga broken home
Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang orang tua sehingga membuat mental seseorang anak menjadi frustasi, brutal, dan susah diatur. Selain itu, istilah broken home juga digunakan untuk menggambarkan keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat seringnya terjadi konflik yang menyebabkan perpisahan ( perceraian ).
Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar hal inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka Cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka.
2.      Penyebab munculnya keluarga broken home
Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukkan kedua orang tua dalam mencari nafkah keluarga seperti hal ayah laki – laki bekerja dan ibu menjadi wanita karier. Hal inilah yang menjadi dasar seorang tidak memiliki keseimbangan dalam menjalankan aktifitas sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri, dikala pulang sekolah dirumah tidak ada orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan diluar rumah seperti bergaul dengan teman – temannya yang secara tidak langsung memberikan efek / pengaruh bagi perkembangan mental anak.
Penyebab lain munculnya broken home antara lain :
a.       Terjadinya perceraian,
b.      Ketidak dewasaan sikap orang tua yang berkelahi di depan anak-anak,
c.       Tidak bertanggung jawabnya orang tua sehingga tidak memikirkan dampak dalam kehidupan anak-anak mereka,
d.       Jauh dari tuhan, sehingga masalah-masalah tidak diserahkan kepada tuhan,
 kehilangan kehangatan dalam keluarga antara orang tua dan anak .
3.      Dampak bagi korban broken home
Beberapa dampak yang muncul dari seseorang yang mengalami broken home antara lain :
a)      Academic Problem, seseorang yang mengalami Broken Home akan menjadi orang yang malas belajar, dan tidak bersemangat serta tidak berprestasi
b)      Behavioural Problem, mereka mulai memberontak, kasar, masa bodoh, memiliki kebiasaan merusak, seperti mulai merokok, minum-minuman keras, judi dan lari ketempat pelacuran.
c)      Sexual problem, krisis kasih mau coba ditutupi dengan mencukupi kebutuhan hawa nafsu
d)     Spiritual problem, mereka kehilangan Father’s figure sehingga tuhan, pendeta atau orang-orang rohani hanya bagian dari sebuah sandiwara kemunafikan
Sedangkan dari segi kejiwaan ( psikologis ), seseorang yang mengalami broken home akan berakibat seperti :
a)      Broken Heart
Seseorang akan merasakan kepedihan dan kehancuran hati sehingga memandang hidup ini sia sia dan mengecewakan. Kecenderungan ini membentuk si pemuda tersebut menjadi orang yang krisis kasih dan biasanya lari kepada yang bersifat keanehan sexual. Misalnya sex bebas, homo sex, lesbian, jadi simpanan orang, tertarik dengan istri atau suami orang lain dan lain-lain
b)      Broken Relation
Seseorang merasa bahwa tidak ada orang yang perlu di hargai, tidak ada orang yang dapat dipercaya serta tidak ada orang yang dapat diteladani. Kecenderungan ini membentuk si pemuda menjadi orang yang masa bodoh terhadap orang lain, ugal ugalan, cari perhatian, kasar, egois, dan tidak mendengar nasihat orang lain, cenderung “semau gue”.
c)      Broken Values
Seseorang kehilangan ”nilai kehidupan” yang benar. Baginya dalam hidup ini tidak ada yang baik, benar, atau merusak yang ada hanya yang ”menyenangkan” dan yang ”tidak menyenangkan”, pokoknya apa saja yang menyenangkan saya lakukan, apa yang tidak menyenangkan tidak saya lakukan.
b.      Perhatian
1.      Perhatian orang tua
Perhatian orang tua adalah konsentrasi dari orang tua dalam keluarga terhadap kehidupan anak ( pendidikan, kasih sayang ) dengan penuh tanggung jawab. Menurut Sumardi Suryabrata dalam bukunya pendidikan ( 1984, hal 14 ) merumuskan bahwa perhatian adalah :
a.       Pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek.
b.      Banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.
      Menurut Achmadi dalam bukunya Ilmu pendidikan Islam I ( 1987, hal 116 ) orang tua sebagai central of figure dalam pendidikan, maka setiap orang tua harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.      Memelihara dan membesarkan anak didik dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab secara vertikal maupun horizontal.
2.      Melindungi serta menjamin kesejahteraan mereka ( anak ) baik secara fisik maupun psikis yang tidak antagonis dengan tujuan hidupnya
3.      Mengajar serta mendidik dalam arti yang seluas-luasnya, penuh ketauladanan positif.
4.      Mempu menciptakan suasana harmonis dengan komunikasi positif tanpa menimbulkan kontradiktif yang membawa kearah keretakan rumah tangga. Namun menciptakan kearah keluarga sejahtera penuh alam demokratis
5.      Membahagiakan mereka baik didunia maupun akhirat kelak dengan bekal ilmu dan taqwa.
c.       Kehidupan siswa broken home
Seseorang yang mengalami broken home, dalam kehidupannya dapat dibedakan menjadi dua. secara positif, seseorang yang hidup ditengan keluarga broken home tidak mudah terpengaruh dengan keadaan, dalam kehidupannya anak tersebut dapat menunjukkan prestasi yang baik disekolahnya. Tetapi bagi anak yang terpuruk dalam kehidupan briken home anak akan menjadi frustasi, brutal dan tidak menujukkan mampu menujukkan prestasi belajar yang baik. Siswa yang mengalami broken home terkadang mengalami pula kesulitan dalam penyesuaian diri. Anak cenderung mencari pelampiasan diluar rumah seperti bergaul dengan teman – teman nya yang secara tidak langsung memberikan efek / pengaruh bagi perkembangan mental anak.
Maka dari itu mereka berusaha untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Tetapi sayang, sebagian dari mereka melakukan cara yang salah misalnya dengan mencari perhatian guru dengan bertindak brutal di dalam kelas, bertindak aneh agar mendapat perhatian orang lain, dll.
Kalau sudah brutal otomatis bisa salah pergaulan. Lalu mereka mulai melirik yang namanya rokok. Awalnya hanya sekali hisap, lama-lama jadi berkali-kali. Kemudian setelah merokok, mereka mulai mencoba yang namanya narkoba, miras dll. namun, sudah semakin kacau aja nih. Kalau sudah seperti itu, siapa yang patut disalahkan ? Orang tua tidak dapat disalahkan sepenuhnya tapi anak juga tidak dapat disalahkan 100%. Kesalahan orang tua adalah mereka terlalu sibuk dengan masalah mereka hingga mereka lupa bahwa mereka memiliki anak yang wajib diperhatikan. Lalu kadang mereka juga menganggap bahwa anak tidak perlu tahu masalah mereka. Padahal setidaknya mereka harus menjelaskan tentang masalah mereka ke anak agar tidak terjadi kesalahpahaman. Lalu untuk si Anak, mari kita berpikir yang logis dan tidak nyleneh.
Sikap positif bagi siswa yang menjadi korban broken home antara lain :
a)      Tariklah pelajaran positif dari masalah tersebut
b)       Dekatkan pada tuhan
c)      Jangan menghakimi semua orang karena keadaan tersebut
d)     tetap menjaga diri dan memegang Teguh kebenaran
e)       Broken Home bukanlah akhir dunia
Sedangkan sikap negatif siswa yang menjadi korban broken home antara lain :
a)      Denial
siswa sepertinya tidak menunjukan reaksi apa apa bahkan cenderung menyangkal : ah memang mereka begitu, tapi ah, kenapa memang?” mereka tidak tertarik untuk membicarakannya . padahal justru di saat saat seperti ini ia butuh bimbingan dan kekuatan dari
b)       Shame
dibalik penyangkalannya merasa begitu malu, akan keberadaan hidupnya. Ditunjukan dengan khayalan khayalan”seandainya saya memiliki orang tua yang bahagia”.
c)       Guilt
Si pemuda merasa kecil hati karena jangan-jangan keberadaannya juga salah satu penyebab keributan atau perceraian mereka; atau merasa “koq saya tidak dapat berbuat apa-apa sih”.
d)      Anger
Sebagian anak lain akan merasa begitu kesal sebab menurut mereka banyak keributan orang tua yang tidak rasional. ”masa Cuma itu aja diributin tidak dewasa benar sih”.
e)       Iini Secure
merasa kemana ia harus lari, keluarga sudah menjadi tempat yang menakutkan, tidak aman dan damai

BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Pengertian metode penelitian
Menurut Sutrisno Hadi ( 1994 : 4 ), dalam bukunya Metodologi research, mendefinisikan metodologi research atau metodologi penelitian adalah “ sebagai suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan metode-metode ilmiah. Maksudnya adalah untuk menjaga agar pengetahuan yang dicapai dari suatu research dapat mempunyai harga ilmiah yang setinggi-tingginya.
Suharsini ( 1998 : 22 ) menyatakan bahwa Metode penelitian  adalah suatu dasar dalam penelitian yang sangat penting, karena berhasilatau tidaknya serta kualitas tinggi rendahnya hasil penelitian sangan ditentukan oleh ketepatan peneliti dalam menentukan metode penelitiannya.
Dengan metode penelitian ini dapat memudahkan peneliti dalam memilih variabel penelitian dan istrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data secara mantap, menentukan rencana populasi dan teknik sampling yang dikehendaki serta desain penelitiannya.
B.     Pendekatan penelitian
Muhammad Ali ( 1985 : 81 ) mengatakan bahwa Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian dimulai dari perumusan masalah sampai dengan penarikan kesimpulan
F. X Sudarsono (1988 : 34) membedakan pendekatan penelitian menjadi 2 jenis yaitu :
1.      Pendekatan kuantitatif, yang artinya semua informasi atau data diwujudkan dalam bentuk kuantitatif atau angka, analisanya berdasarkan angka tersebut dengan statistik.
2.      Pendekatan kualitatif, artinya informasi atau data yang dikumpulkan tidak berwujud angka, analisanya dengan prinsip logika.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor ( Moleong 2000 : 3 ), metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang tertentu dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan penelitian kualitatif lebih diarahkan kepada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh dan menyeluruh). Penelitian yang dilakukan ini tidak mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Dalam penelitian ini peneliti berusaha memahami serta memaknai pandangan serta kejadian pada subjek penelitian dalam rangka menggali tentang faktor penyebab, bentuk-bentuk, dampak, dan strategi menghadapi perpecahan keluarga ( broken home ) yang dialami pada subjek (siswa).
C.     Variable penelitian
Menurut Bohar Soeharto ( 1989 : 4 ), mengemukkan bahwa variabel  adalah operasionalisasindarin suatu konsep / teori.Sauharsini Arikunto ( 1993 : 99 ), memberikan batasan pengertian bahwa “ variable adalah obyek penelitian “. Dan dari pengertian tersebut, variable penelitian dapat dibedakan menjadi :
1.      Variable yang memberikan pengaruh atau disebut variable bebas atau independent
2.      Variable yang dipengaruhi atau variable terikat atau dependent
D.    Setting
Penelitian diadakan di SMA  Kota Magelang. sekolah ini dipilih sebagai setting dari penelitian ini dikarenakan sekolah tersebut terkenal sebagai sekolah elite dengan biaya yang besar. Selain itu, siswa yang bersekolah ditempat tersebut banyak dari kalangan menengah atas yang kurang mendapat perhatian dari orang tua karena orang tua sibuk dengan karier masing-masing. Hal ini diharapkan dapat mempermudah peneliti memperoleh informasi yang dibutuhkan. Untuk memeproleh informasi dan data yang dibutuhkan, peneliti melakukan terjun langsung ke beberapa tempat tinggal siswa.
E.     Subyek penelitian
Dalam hal ini akan dibicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yaitu meliputi penentuan subyek, metode pengumpulan data dan analisis data. Yang dimaksud dengan penentuan subyek penelitian adalah metode yang digunakan dalam menentukan subyek penelitian yaitu dengan cara memilih subyek untuk diteliti. Untuk menentukan subyek penelitian dapat ditempuh dengan cara :
a.       Populasi
Populasi adalah obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. ( sugiono, 1992 : 52 )
Dalam penelitian ini sebagai populasi adalah siswa  SMA  Kota Magelang.
b.      Sample
Sampel menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya metodologi Research menulis sampel adalah cuplikan dari populasi  yang sama  mencerminkan sifat-sifat dari populasi atau yang menjadi obyek dari penelitian ( sutrisno hadi, 1982 : 70 )
Sampel yang dimaksud dalam hal ini adalah siswa kelas X
c.       Sampling
Pengertian sampling menurut Sutrisno hadi dalam buku Metodologi  Research menulis sampling adalah cara atau tekhnik yang digunakan untuk mengambil sampel.   
Dan tekhnik yang digunakan untuk mengambil sampel adalah non random. maksudnya pengambilan sampel dengan berdasarkan pada beberapa kriteria  tertentu. Dan kriteria tersebut antara lain :
a.       Merupakan siswa ( pria dan wanita ) yang kehidupannya mengalami broken home
b.      Warga asli dan tinggal di kota Magelang
c.       Memiliki tingkat pendidikan yang memadai dan berstatus pelajar SMA.
d.      Siswa yang masih merupakan remaja ( 15-18 tahun )                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 
F.      Metode dan pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Gulo, 2002 : 110). Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan metode :
1.      Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan tatap muka dengan menggunakan alat yang disebut panduan wawancara (Moh. Nasir, 1988 : 234). Wawancara  dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin yang memuat permasalahan pokok dalam penelitian. Menurut Sutrisno Hadi (1994 : 70) pedoman wawancara yang bebas terpimpin telah dipersiapkan sebelumnya tetapi tidak mengikat jalannya wawancara.
2.      Observasi ( pengamatan )
Observasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mendatangi obyekdan  lokasi penelitan untuk menghimpun dan mengumpulkan data yang digunakan untuk mendukung penelitian.
Pengamatan merupakan teknik utama dalam penelitian ini. Dalam melaksanakan pengamatan ini sebelumnya peneliti akan mengadakan pendekatan dengan subjek penelitian sehingga terjadi keakraban antara peneliti dengan subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan jenis observasi non partisipan dimana peneliti tidak ikut serta terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan (subjek), tetapi observasi dilakukan pada saat wawancara.
G.    Analisa data
Metode triangulasi merupakan salah satu metode yang paling umum di pakai dalam uji validitas penelitian kualitatif. Metode triangulasi di dasarkan pada filsafat fenomenologi. Fenomenologi merupakan aliran filsafat yang mengatakan bahwa kebenaran bukan terletak pada peneliti, melainkan realitas objek itu sendiri. untuk memperoleh kebenaran, secara epistimologi harus dilakukan penggunaan multiperspektif.
Triangulasi adalah proses untuk mendapatkan data valid melalui penggunaan variasi instrumen. Ide tentang triangulasi bersumber dari ide tentang “ multiple operasional” yang mengesankan bahwa kesahihan temuan-temuan dan tingkat konfidensinya akan dipertinggi oleh pemakaian lebih dari satu pendekatan untuk pengumpulan data (misalnya, Webb dkk., 1966). Pendapat ini semula dirumuskan dalam konteks penelitian kuantitatif yang mana lebih dari satu pendekatan operasionalisasi konsep direkomendasikan mengingat fakta-fakta bahwa semua perhitungan cenderung keliru.
Metode triangulsi ini merupakan cara pengkombinasian antara penelitian kuantitatif dan kualitatif yaitu dengan cara mengecek antara satu tipe hasil peelitian (kuantitatif misalnya) dapat dicek dengan hasil penelitian yang diperoleh dari tipe penelitian yang lain (kualitatif). Triangulasi ini umumnya dimaksudkan untuk meningkatkan validitas hasil penelitian.

H.    Jadwal penelitian
Jadwal penilitan merupakan waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian seperti yang telah direncanakan. Dan sesuai dari judul, penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Untuk tanggal dan waktu akan menyesuaikan dengan kondisi subyek dari penelitiannya.









BAB IV
KESIMPULAN

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan dari apa yang telah direncanakan dalam penulisan proposal mengenai penelitian studi kasus yang berjudul “Studi Kasus Tentang Kehidupan Siswa broken home di kota Magelang, permasalahan yang akan dilakukan penelitian adalah permasalahan mengenai siswa broken home.
Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang orang tua sehingga membuat mental seseorang anak menjadi frustasi, brutal, dan susah diatur. Selain itu, istilah broken home juga digunakan untuk menggambarkan keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat seringnya terjadi konflik yang menyebabkan perpisahan ( perceraian ).
Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukkan kedua orang tua dalam mencari nafkah keluarga seperti hal ayah laki – laki bekerja dan ibu menjadi wanita karier
Untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut maka menggunakan metode penelitian, dalam metode penelitian, pendekatan yang dianggap sesuai untuk kasus tersebut adalah pendekatan dengan penelitian kualitatif. Selain itu, variabel yang sesuai dengan judul proposal ini adalah variabel bebas yaitu kehidupan siswa broken home.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kota Magelang dengan sampel adalah siswa kelas X. untuk pemilihan sampling dilakukan dengan tekhnik non random dengan berdasarkan pada kriteria yang telah ditentukan. Perencanaan penelitian akan mulai dilaksanakan pada bulan Juni 2012 dengan menggunakan instrument berupa wawancara dan observasi untuk membantu dalam pengumpulan data dan informasi mengenai subyek penelitian. Untuk proses analisis data akan digunakan triangulasi data yang bertujuan untuk mendapatkan data yang valid dari apa yang diperoleh melalui beberapa instrument pengumpulan data.
Dari proposal yang telah disusun, diharapkan dapat mempermudah dalam melaksanakan penelitian studi kasus dan dapat memperoleh berbagai informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian.


























DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, 1987. Ilmu Pendidikan islam. Salatiga : IAIN walisongo
Arikunto Suharsini. 1989. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Bandung : Bumi aksara
Sugiyono. 1992. Metode Penelitian administrasi. Bandung: CV Alfabet
Sumadi Suryabrata. 1984. Psikologi pendidikan. Jakarta: CV Rajawali
Sutrisno hadi. 1996. Metodologi research II. Yogyakarta: yasbit Fakultas Psikologi UGM
Sutrisno hadi. 1982. Metode research. Yogyakarta:yayasan penerbit Fakultas Psikologi UGM

Rabu, 06 Juni 2012

makalah kebenaran_METOPEN


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala  puji  penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, sehingga penulis diberikan kesehatan dan kesanggupan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.  Sholawat  dan  salam  kepada  Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  rahmat-Nya  penulis  mampu  menyelesaikan  makalah ini.
Dalam makalah ini, penulis memaparkan mengenai kebenaran dan rasa ingin tahu manusia.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis akan mengucapkan rasa terimakasih kepada :
1.                  Ibu Purwati, MS dan ibu Nofi Nur Yuhenita, S. Pd. selaku Dosen pengampu pada mata kuliah Metodologi Penelitian.
2.                  Bapak dan Ibu kami yang selalu memberikan dorongan baik secara materiil ataupun spiritual
3.                  Teman-teman yang selalu memberikan kritik dan saran dalam penyusunan makalah ini.
Dan  tentunya  makalah  ini  masih  sangat  jauh  dari sempurna.  Untuk  itu  saran dan kritiknya demi  perbaikan  pembuatan  makalah  saya di  masa  yang  akan  datang.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

                                                                                    Magelang, 12 Maret 2012

                                                                                                  Penulis


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG.................................................................... 1
B.     RUMUSAN MASALAH............................................................... 2     
C.     TUJUAN......................................................................................... 2
D.    MANFAAT..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    KAJIAN TEORI............................................................................. 4
B.     PENGERTIAN KEBENARAN..................................................... 6
C.     CIRI-CIRI KEBENARAN SECARA ILMIAH........................... 8
D.    CARA MENCARI KEBENARAN............................................... 9
BAB III PENUTUP
A.    KESIMPULAN............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
                                                    

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Perjalanan menuju kepada pengetahuan yang sempurna dan kebenaran yang tinggi cukup pelik dan berliku-liku. Tetapi sedikit demi sedikit, dengan segala susah payah, manusia berhasil juga menyingkap tabir yang gelap selama ini. Sejarah peradapan manusia menunjukkan adanya usaha yang tidak mengenal lelah. Pendorong yang hebat kearah ini adalah suatu kodrat manusia yang sifatnya mencari dan memiliki hastrat ingin tahu. Hasrat ingin tahu inilah yang akhirnya disalurkan melalui penyelidikan-penyelidikan. Dan melalui penyelidikan, apa yang telah terjadi kemarin dapat menimbulkan spekulasi dimasa sekarang.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia dikaruniai budi sehingga mampu memahami, mengerti, dan memecahkan persoalan – persoalan yang ada di sekitarnya. Tentu saja kemampuan manusia ini tidak diperoleh begitu saja. Melalui pengalaman, pendidikan, lambat laun manusia memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Namun manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah didapatnya. Rasa ingin tahu , ingin mengerti yang merupakan kodrat manusia membuat manusia selalu bertanya-tanya apa ini, apa itu, bagaimana ini, bagaimana itu, mengapa begini, mengapa begitu. Pertanyaan – pertanyaan ini muncul sejak manusia mulai bisa berbicara dan dapat mengungkapkan isi hatinya. Makin jauh jalan pikirannya, makin banyak pertanyaan yang muncul , makin banyak usahanya untuk mengerti. Jika jawaban dari pertanyaan –pertanyaan tersebut mencapai alasan atau dasar, sebab atau keterangan yang sedalam-dalamnya, maka puaslah ia dan tidak akan bertanya lagi. Akan tetapi, jika jawaban dari pertanyaan itu belum mencapai dasar, maka manusia akan mencari lagi jawaban yang dapat memuaskannya.
Untuk apa sebenarnya m,anusia bertanya-tanya dan mencari jawab dari pertanyaan-pertanyaan tersebut? Semua itu dilakukan karena manusia ingin mencari kebenaran. Jika ternyata bahwa pengertiannya atau pengetahuannya itu sesuai dengan hal yang diketahuinya, maka dikatakan orang bahwa pengetahuannya itu benar. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya. Namun kebenaran itu ternyata tidak abadi. Artinya sesuatu yang pada suatu saat dianggap benar di saat yang lain dianggap tidak benar. Ini semua terjadi karena dinamika manusia yang selalu bergerak dan ingin mendapatkan sesuatu yang baru.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan kebenaran??
2.      Bagaimanakah cirri-ciri kebenaran secara ilmiah??
3.      Jelaskan bagaimana cara mencari kebenaran melalui pendekatan ilmiah dan non ilmiah!!

C.     TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1.      Membantu dalam mengetahui dan memahami mengenai kebenaran secara ilmiah.
2.      Untuk mengetahui tentang hasrat ingin tahu manusia yang sangat tinggi,
3.      Membantu dalam memahami cirri-ciri kebenaran secara ilmiah.
4.      Membantu memahami mengenai cara memperoleh kebenaran baik secara ilmiah maupun non ilmiah.

D.    MANFAAT
Makalah ini disusun diharapkan dapat memberikan manfaat, terutama bagi teman-teman mahasiswa. Didalam makalah ini terdapat beberapa pengertian kebenaran menurut para ahli dan kesimpulan dari penulis, selain itu terdapat pula cirri-ciri kebenaran dan cara memperoleh kebenaran baik secara ilmiah dan non ilmiah yang diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk teman-teman semua.
Selain itu, makalah ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembacanya dan dapat memudahkan dalam memahami berbagai hal mengenai kebenaran dan hasrat ingin tahu manusia.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    KAJIAN TEORI
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dengan makhluk lainnya. Manusia makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali oleh kesempurnaan yang begitu lengkap dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia dibekali dengan panca indera, akal pikiran dan budi oleh Tuhan. Manusia adalah makhluk yang dapat dan akan selalu berpikir. Karena manusia memang dikaruniai akal pikiran sehingga mereka akan selalu memiliki hasrat ingin tahu. Rasa ingin tahu , ingin mengerti yang merupakan kodrat manusia membuat manusia selalu bertanya-tanya “ini apa?”. Kemudian menyusul pertanyaan-pertanyaan “mengapa begini?”, “mengapa begitu?”, dan selanjutnya pertanyaan kita berkembang menjadi pertanyaan-pertanyaan seperti “bagaimana hal itu bisa terjadi?”, “bagaimana memecahkannya?”, dan seterusnya. Pertanyaan ini muncul sejak manusia mulai bisa berbicara dan dapat mengungkapkan isi hatinya. Makin jauh jalan pikirannya, makin banyak pertanyaan yang muncul, makin banyak usahanya untuk mengerti. Jika jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut mencapai alasan atau dasar, sebab atau keterangan yang sedalam-dalamnya, maka puaslah ia dan tidak akan bertanya lagi. Akan tetapi, jika jawaban dari pertanyaan itu belum mencapai dasar, maka manusia akan mencari lagi jawaban yang dapat memuaskannya.
Manusia harus memiliki hasrat ingin tahu. Rasa ingin tahu membuat manusia dapat memecahkan setiap permasalahan dan pemikiran yang ada di dalam benaknya. Apabila rasa ingin tahu ini dapat dimanfaatkan dengan baik maka akan membawa manusia semakin mengerti dirinya sendiri. Lewat rasa ingin tahu membuat manusia mengetahui kebenaran. Segala sesuatu yang tampak nyata dalam hidup tidak sepenuhnya benar. Apabila seseorang yang pikirannya dipenuhi dengan rasa ingin tahu maka ia tidak akan menerima mentah-mentah omongan seseorang, mereka akan selalu menggunakan pikirannya untuk mencari kebenaran dari omongan tersebut. Seorang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan mencari informasi detail tentang segala sesuatu yang mereka pertanyakan, mereka tidak hanya “apa” atau “mengapa begitu?” atau “mengapa begini?”, tapi juga “bagaimana hal itu bisa terjadi?” dan “bagaimana memecahkannya?”. Rasa ingin tahu membuat kita dapat membuka pikiran kita. Misalnya, sewaktu kita masih anak-anak, kita dipenuhi dengan rasa ingin tahu. Anak-anak bisa digambarkan seperti sebuah kanvas kosong yang siap untuk diisi dengan pengetahuan dan pengalaman. Kanvas kosong ini akan menyerap apa yang dapat diketahui tentang dunia dengan pikiran terbuka. Lewat rasa ingin tahu kita, kita akan berusaha untuk memecahkan setiap pertanyaan dibenak kita. Hal ini akan membuat kita merasakan pengalaman baru. pengalaman baru ini akan menstimulasi pikiran kita dan melepaskan emosi yang kreatif. Pikiran yang selalu ingin tahu membuat kita dapat menembus batas penalaran yang biasa kita terima dan akan membongkar setiap detail yang menggerakkan sebuah proses. Semakin kita mengerti detail, maka semakin kita mengerti prosesnya. Hal inilah yang akan membuat kita menjadi lebih produktif. Kita sebagai manusia akan terus belajar lebih banyak saat rasa ingin tahu menyelimuti kita. Kita akan menembus batas-batas pemikiran kita. Semakin banyak yang kita pelajari, semakin banyak pula yang akan kita tahu. Dengan rasa ingin tahu yang kita miliki kita akan melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda. Manusia pada dasarnya akan lebih mudah untuk berpikir negative daripada positif. Apabila kita tidak mengerti akan suatu hal, atau tidak terbiasa akan suatu hal, mudah sekali untuk menghilangkan pikiran tersebut dari otak kita. Hanya jika kita mengerti akan sesuatu, maka kita akan menghargainya, karena manusia akan lebih positif pada sesuatu yang mereka ketahui. Rasa ingin tahu-lah yang membuat pikiran kita lebih luas dan menambahkan pengertian yang lebih mendalam sehingga kita sebagai manusia akan menjadi lebih positif menyikapi segala sesuatu. Ilmu pengetahuan berawal dari kekagaguman manusia akan alam yang didiaminya dan dihadapinya. Karena manusia merupakan makhluk yang dapat berpikir lewat karunia akal pikiran yang diberikan oleh Tuhan, maka mereka memiliki hasrat ingin tahu. Rasa ingin tahu yang kemudian ditindak lanjuti dengan penggunaan akal untuk memecahkan masalah tersebut, adalah perbedaan mendasar kita dengan hewan. Jadi, setiap orang harus memiliki rasa ingin tahu, karena selama rasa ingin tahu ada dalam pikiran kita maka manusia akan terus belajar dan memanfaatkan otaknya
B.     PENGERTIAN KEBENARAN
Manusia berusaha mencari jawaban atas berbagai pertanyaan yang ditemukan dari berbagai kejadian di dunia ini. Manusia memiliki dorongan rasa ingin tahu. Dan dari berbagai dorongan itu manusia berusaha mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Di dalam sejarah perkembangan pikir manusia ternyata yang dikejar itu esensinya yg merupakan pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut kebenaran.
Whitney berpendapat bahwa ilmu dan penelitian adalah sama-sama proses, sehingga ilmu dan pengetahuan adalah proses yang sama. Dan hasil dari proses itulah yang dinamakan kebenaran ( truth ). (Moh.Nazir, 2005:14)
Berikut beberapa pengertian kebenaran menurut para ahli antara lain:
1.      Aristoteles 384 – 322 SM
Murid plato ini berpendapat bahwa kebenaran terletak pada kesesuaian antara pernyataan budi dan realitas.
2.      Rene Descartes 1596 -1650
Terkenal dengan metodanya “Cogito, ergo sum”, saya berpikir, jadi saya ada, itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. Pendiriannya adalah hanya yang saya mengerti dengan jelas dan terinci itu adalah benar (clearly and distinctly).
3.      Immanuel Kant 1724 -1804
kebenaran terletak pada pernyataan manusia sebagai subjek.                                                                                      
4.      Kierkegaard 1813 -1855
Kebenaran itu merupakan pendirian sebagai hasil pengalaman pribadi subjek.
5.      Friedrich Nietzsche 1844 -1900
Kebenaran, seperti moralitas, merupakan sesuatu yang relatif: tidak ada fakta, hanya interpretasi. Bahasa memalsukan kebenaran.
6.      William James 1842 – 1910
Setiap dalil, setiap pernyataan dapat disebut kebenaran jika berguna bagi kehidupan manusia.
7.      John Dewey 1859- 1952
Kebenaran adalah hal yang bersifat relative yang diperoleh melalui pengalaman, melalui hidup.
8.      A Gunawan Setiardja berpendapat bahwa kebenaran itu bersifat subjektiv-objektif. Kebenaran itu sungguh-sungguh dimiliki apabila realitas ada evidensi. Maksudnya adalah keadaan fakta atau realitasnya itu adalah sedemikian jelasnya ditinjau dari segala segi, sehingga pada subjek yang membuat pernyataan tumbuh keyakinan yang amat kuat . Keyakinan itu merupakan sikap budi yang pasti, artinya budi dengan tegas menolak keputusan yang sebaliknya (dinyatakan dengan kata “pasti” ,“tentu”,atau “niscaya”.
Kebenaran dapat dirinci menjadi dua, yaitu kebenaran kodrati dan kebenaran atas kodrati. Kebenaran kodrati dapat dicapai oleh manusia dengan budinya sebagai manusia, sedangkan kebenaran atas kodrati merupakan kebenaran yang di atas jangkauan budi manusia. Kemampuan budi manusia sebagai manusia tidak menggapainya karena atas kodrati itu disampaikan kepada manusia melalui wahyu ilahi.


C.     CIRI-CIRI KEBENARAN
Suatu kebenaran dapat diterima secara ilmiah apabila memiliki cirri-ciri antara lain:
a.       Koheren
            Suatu  pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain.
b.      Adanya korespondensi
            Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya
c.       Bersifat pragmatis
            Suatu pernyataan dipercayai benar apabila pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis, batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences).
d.      Bersifat rasional
            Rasionalitas mengandung makna bahwa kebenaran ilmiah bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika. Sedangkan ciri objektivitas menunjuk pada kesesuaian antara hal-hal yang rasional dengan realitas. kebenaran ilmiah tidak bersifat mutlak atau final. Adapun ciri terakhir dari kebenaran ilmiah yaitu komunalitas memiliki arti bahwa kebenaran ilmiah itu merupakan pengetahuan yang menjadi milik umum.

D.    CARA MEMPEROLEH KEBENARAN
Kebenaran dapat diperoleh baik secara ilmiah, yaitu penelitian terhadap fenomena, dimana kebenaran itu diperoleh melalui proses ilmiah, yang kemudian disebut kebenaran ilmiah. Selain itu kebenaran juga diperoleh mengenai fenomena yang dilakukan tanpa adanya penelitian atau yang disebut kebenaran non-ilmiah. ( Moh. Nasir, 2005:14 )
1.      Kebenaran Ilmiah.
            Cara mencari kebenaran yang dipandang secara ilmiah adalah melalui metode penyelidikan. ( Winarno. S. 1982: 26 ). Penyelidikan adalah penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan. Penyaluran yang disertai oleh gejala yang nampak dapat dicari secara ilmiah.  Metode penyelidikan hanya akan menarik dan membenarkan suatu kesimpulan apabila telah dibuktikan dengan prosedur yang sistematik, jelas, dan terkontrol. Untuk memperoleh suatu kebenaran secara ilmiah harus mencoba mengumpulkan dan  mengklasifikasikan keterangan-keterangan yang kemudian keterangan itu sebagai dasar dalam menyusun sebuah teori dan cara-cara pendekatan untuk memperoleh kebenaran itu.
Seseorang yang berusaha mencari kebenaran secara ilmiah, maka harus digunakan cara-cara yang obyektif. Langkah langkah penyelidikan terdiri dari:
a.       Perumusan masalah dan tujuannya
b.      Penetapan postulat atau hipotesa
c.       Penetapan metode
d.      Pengumpulan data
e.       Pengelolaan data
f.       Penyimpulan penyelidikan
g.      Publikasi hasil penyelidikan.

2.      Kebenaran non ilmiah
            Tidak selamanya penemuan kebenaran diperoleh secara ilmiah. Kadangkala kebenaran dapat ditemukan melalui proses non ilmiah, diantarannya:
a.       Penemuan kebenaran secara kebetulan
Sepanjang sejarah manusia, penemuan secara kebetulan itu banyak terjadi, dan banyak di antaranya yang sangat berguna. Penemuan secara kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak melalui langkah-langkah yang sistematik dan terkendali (terkontrol). Walaupun penemuan secara kebetulan bukan merupakan penemuan ilmiah, tetapi hasil penemuan dapat mencenangkan dunia. Misalnya pada penemuan kristar ureas oleh Dr. J.S. Summers pada tahun 1926.
Penemuan secara kebetulan tidak dapat dikatakan sebagai penemuan yang ilmiah karena sesuatu yang kebetulan selalu berada dalam keadaan yang tidak pasti, datangnya tidak dapat diperhitungkan secara berencana. Sesuatu yang kebetulan dianggap sebagai sesuatu yang bersifat tanggung-tanggung, pasif, dan mengurangi efisiensi kerja. Selain itu penemuan secara kebetulan tidak selalu member gambaran kebenaran.
b.      Penemuan dengan akal sehat
Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda sekalipun dalam batas tertentu keduanya mengandung persamaan. akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. (Moh. Nasir, 2005: 17 ). Konsep adalah kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus. Bagan konsep adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teoritis.
Walaupun akal sehat yang berupa konsep dan bagan konsep itu dapat menunjukan hal yang benar, namun dapat pula menyesatkan. Suatu contoh misalnya akal sehat mengenai peranan hukuman dan ganjaran dalam pendidikan. Pada abad ke-19 menurut akal sehat yang diyakini oleh banyak pendidik hukuman adalah alat utama dalam pendidikan.
c.       Penemuan kebenaran secara wahyu
Kebenaran yang didasarkan atas wahyu merupakan kebenaran mutlak, jika wahyu datangnya dari Allah melalui Rasul dan Nabi. Kebenaran yang diterima sebagai wahyu bukanlah disebabkan oleh hasil usaha penalaran manusia secara aktif, tetapi kebenaran yang dibawakan secara wahyu merupakan kebenaran yang asasi.
d.      Penemuan kebenaran secara intuitif
Dalam pendekatan intuitif orang menentukan "pendapat" mengenai sesuatu berdasar atas "pengetahuan" yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tak disadari atau yang tidak dipikirkan lebih dahulu. Dengan intuisi orang memberikan penilaian tanpa didahului sesuatu renungan. Pencapaian pengetahuan yang demikian itu sukar dipercaya. Di sini tidak terdapat langkah-langkah yang sistematik dan terkendali untuk memperolehnya.
e.       Penemuan kebenaaran melalui Trial dan Error
Penemuan coba-coba (trial and Error) diperoleh tanpa kepastian akan diperolehnya sesuatu kondisi tertentu atau pemecahan sesuatu masalah.
Bekerja melalui trial dan eror adalah melakukan sesuatu secara aktif dengan mengulang-ulang pekerjaan tersebut berkali-kali dengan menukar-nukar caraa dan materi. Usaha coba-coba pada umumnya merupakan serangkaian percobaan tanpa kesadaran akan pemecahan tertentu. Pemecahan terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha; usaha yang berikutnya biasanya agak lain, yaitu lebih maju, dari pada yang mendahuluinya. Penemuan secara kebetulan pada umumnya tidak efisien dan tidak terkontrol karena maembutuhkan waktu yang lama, biaya tinggi, dan selalu dalam kegiatan meraba-raba.
f.       Penemuan kebenaran melalui spekulasi
Penemuan secara spekulatif memiliki taraf yang lebih tinggi dari penemuan secara Trial dan eroor. Dalam penemuan ini seseorang dibimbing oleh suatu pertimbangan, walaupun pertimbangan tersebut kurang dipikirkan secara matang, tetapi dikerjakan dalam suasana penuh dengan resiko. Penemuan kebenaran dengan spekulasi memerlukan pandangan yang tajam walaupun spekulatif.
g.      Penemuan kebenaran karena wibawa dan Pikiran Kritis
Ada kalanya kebenaran dapat diperoleh karena kewibawaan seseorang. Pendapatan dari seorang ilmuwan yang berbobot tinggi ataupun yang mempunyai otorita dalam suatu bidang ilmu pengetahuan  dan memiliki banyak pengalaman sering diterima begitu saja tanpa perlu diuji kebenarannya terlebih dahulu. Terkadang kebenaran karena wibawa jika diuji tidak benar sama sekali
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia dikaruniai budi sehingga mampu memahami, mengerti, dan memecahkan persoalan – persoalan yang ada di sekitarnya. Dan dikarenakan manusia sebagai makhluk paling sempurna sehingga manusia memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi. Manusia berusaha untuk mencari jawaban atas apa yang dibenaknya dan mencari kebenaran atas rasa ingin tahu tersebut.
Kebenaran merupakan sesuatu yang diperoleh berdasarkan kesesuaian antara pernyataan yang realitas. Kebenaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu kebenaran kodrati dan kebenaran atas kodrati. Kebenaran kodrati dapat dicapai oleh manusia dengan budinya sebagai manusia, sedangkan kebenaran atas kodrati merupakan kebenaran yang di atas jangkauan budi manusia. Kemampuan budi manusia sebagai manusia tidak menggapainya karena atas kodrati itu disampaikan kepada manusia melalui wahyu ilahi.
kebenaran secara ilmiah memiliki ciri-ciri, yaitu adanya koheren/konsistensi, adanya koresponden, bersifat pragmatis dan bersifat rasional.
Kebenaran dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu secara ilmiah melalui suatu penyelidikan / penelitian dan secara non ilmiah dengan cara penemuan kebenaran secara kebetulan, penemuan secara akal sehat, penemuan kebenaaran secara wahyu, penemuan kebenaran secara intuitif, penemuan kebenaran secara trial dan error, penemuan kebenaran melalui spekulasi, dan penemuan berdasarkan kewibawaan.